1 Februari 2013

Thanks, Universe!

Dua jam lalu saya dapat email dari organisasi yang saya ingin bekerja di sana. Alasannya, organisasi itu ada di Jogja, bekerja untuk isu kemanusiaan dan sedang membutuhkan orang yang berpengalaman dan terampil dalam urusan media kampanye. Surga rasanya menemukan lowongan macam itu bagi saya yang sangat pemilih untuk urusan kerja. Bukannya sombong, tapi keterampilan saya yang paling saya jagoin di situ, pengalaman yang saya punya juga cuma kerja di organisasi kemanusiaan. Apalagi ini di Jogja! Wah! Tes tulis dan wawancara pun sudah saya lalui. Tapi email dua jam lalu itu langsung membenamkan angan saya.

Ya, saya tidak diterima.

Sedih, kecewa, campur aduk lah rasanya. Tapi ya mau gimana lagi? Bukan sekali ini saja saya merasa sedih, bukan sekali ini juga saya pernah merasa kecewa. Dan saya harus membuktikan pada diri saya sendiri kalau saya bukan orang yang mudah menyerah. Saya segera sadar, ada tumpukan proyek pribadi saya yang masih menunggu untuk diselesaikan, yang, kalau saya diterima di tempat kerja yang saya inginkan itu, kemungkinan akan berakhir tanpa pernah mencicipi lahir.

Ya, ini juga soal tanggung jawab. Tanggung jawab saya pada diri saya sendiri. Saya berangan-angan ini itu, sudah beberapa langkah saya lalui untuk mewujudkannya, tapi di tengah jalan mesti berpaling demi urusan lain yang lebih mendesak (baca: perut dan isi dompet). Saya yang mengusulkan ide ini pada diri saya sendiri lalu menyepakatinya, maka saya yang harus menyelesaikan. Hahaha... saya jadi ingat pengalaman saya dulu bersama kawan-kawan di organisasi. Ada kebiasaan kami, "Yang punya ide yang tanggung jawab!" Agak menyebalkan memang. Karena kadang ide yang kita punya hanya bisa diwujudkan jika orang lain juga urun tangan. Dan kadang, ada hal-hal di luar dugaan yang menghambat terwujudnya ide itu tapi tanggung jawab tetap mesti kita yang tanggung. 

Beruntung, saya bukan orang yang cepat euforia pada sebuah ide. Terima kasih, oh otak dodol yang butuh waktu lebih lama untuk berproses! Saya butuh waktu untuk mencerna informasi baru, apalagi wacana, dan mempertimbangkan ABCDEFGH-nya. Saya suka heran dengan orang yang bisa dengan cepat menanggapi ide orang lain, sampai memberikan dukungan. Heran dengan kecepatannya yang tidak saya miliki. Tidak cepat euforia ini juga saya pertahankan saat saya mencoba mewujudkan impian saya. Saya tidak mau melahirkan anak prematur. Bakal repot belakangan. 

Dan kali ini, saya mesti berterima kasih kepada semesta yang saat ini belum memberi saya kesempatan untuk bekerja di tempat yang saya inginkan! Memberi saya waktu ekstra untuk menyelesaikan tanggung jawab saya terlebih dulu. Thanks, Universe!

Well, ini cuma tulisan curhat. Mutar-muter nggak jelas kemana. Ya lumayanlah, menyalurkan energi negatif, daripada dipake buat mentungin anak orang.


6 komentar: