15 Februari 2012

Membaca Mata Hari

Perkenalan pertama saya dengan sosok ini adalah ketika saya berkunjung ke Sex Museum di Amsterdam pada akhir 2010. Namanya juga sex museum, isinya ya karya cipta dan sejarah seksualitas manusia. Di akhir perjalanan mengelilingi museum (dan 'menjajal' beberapa alat seperti phone sex dan kursi getar hehe...), saya menemukan patung perempuan dengan pakaian ala penari Timur Tengah dengan nama Mata Hari. Saya sudah lupa pastinya keterangan yang ada di patung tersebut, tapi intinya mengatakan kalau perempuan tersebut, Mata Hari (ya, ditulis terpisah, Mata dan Hari), adalah alias dari Margaretha Geertruida Zelle, seorang Belanda berdarah Indonesia dari garis ibu yang berprofesi sebagai penari sekaligus doble agent bagi pihak Jerman dan Perancis di masa Perang Dunia I. Wah, saya jadi penasaran pada tokoh ini. Namun sayang sekali rasa penasaran saya tidak tersalurkan.


Baru saat saya sedang jalan-jalan di toko buku, saya menemukan buku ini. Tidak langsung saya beli memang, karena saat itu saya sudah membeli beberapa buku dan masih dihantui perasaan dosa karena saya menelantarkan begitu saja buku-buku yang sebelumnya sudah saya beli. Hehehe... kebiasaan. Maka senang sekali rasanya saat saya kembali ke toko tersebut, buku yang stocknya tinggal satu di toko itu masih ada.


Novel yang ditulis oleh sastrawan ternama, Remy Sylado, ini sebetulnya merupakan cerita bersambung yang pernah dimuat di Harian Kompas. Berhubung saya sudah menutup kebiasaan saya mengikuti cerita bersambung setelah bercerai dengan majalah belasan tahun silam, saya bahkan tidak tahu pernah ada cerita bersambungnya. Tentu tidak saya sesali karena membaca satu novel utuh artinya tidak perlu menunda-nunda orgasme.


Terus terang saya belum pernah membaca biografi Mata Hari ini dari sumber lain sehingga saya tidak bisa membuat perbandingan. Plus, karena kisah Mata Hari itu sendiri begitu kontroversial karena melibatkan intrik seksual dengan banyak pejabat Eropa di masa itu, saya rasa akan banyak bumbu dalam penceritaan ulang karakter dan kisah hidupnya. Lewat wikipedia saya tahu bahwa beberapa buku sudah diterbitkan, karya para penulis asing. Bahkan pada 1931, kisah Mata Hari ini difilmkan. Saya yakin, sebagai penulis handal, Remy Sylado pasti juga menjadikan beberapa diantaranya sebagai referensi sehingga lepas dari valid tidaknya karakter Mata Hari yang ia tulis, saya jatuh cinta pada karakter yang dimunculkan dalam buku ini. Terlebih, Remy memberikan porsi lebih banyak pada kehidupan Mata Hari saat ia tinggal di Indonesia mengikuti suaminya, seorang Skotlandia yang bekerja sebagai perwira ketentaraan Belanda.


Dalam buku ini, Mata Hari digambarkan sebagai sosok perempuan yang mampu menembus tidak hanya batas bangsa dan negara, namun juga batas jaman. Ia adalah representasi perempuan di masa itu yang berani melawan jerat-jerat nilai sosial yang alih-alih menghormati perempuan tapi malah semakin melemahkan posisi perempuan. Ia mewakili orang-orang muda di jaman tersebut yang berpikiran lebih terbuka dan menolak nilai-nilai kolot yang dianggap membodohkan. Ia juga adalah cerminan manusia yang kemanapun ia pergi tak akan lupa pada akarnya. Kecintaannya pada kesenian Indonesia, yang Mata Hari akui diwariskan dari ibunya, serta ketidaksukaannya pada diskriminasi terhadap pribumi oleh Belanda, bisa jadi merupakan manifestasi rasa sadarnya bahwa dalam dirinya bisa berdiri karena salah satu akar yang menopangnya bersari di Indonesia.


Rasa sadar tersebut menjelma pada sebuah keyakinannya bahwa batas-batas bangsa dan negara adalah semu. Ini yang mendorong Mata Hari melakukan pekerjaanya sebagai doble agent, selain uang, karena ia merasa tidak harus membela (dus mengkhianati) pihak manapun. Remy Sylado membahasakan keyakinan Mata Hari yang lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan (tapi bukan wacana kemanusiaan yang digaung-gaungkan peradaban Barat yang justru malah mendehumanisasi manusia di peradaban lain) ini dalam paragraf berikut:


"Aku tahu, kebangsaan merupakan suatu realitas yang harus dipertahankan. Bahwa, ya, kebangsaan dasarnya memang suatu anugrah, sekaligus juga barangkali kutukan, dalam mana manusia mendaulat haknya atas sebuah tanahair dan mempertahankannya sebagai tanggungjawab. Tapi aku harus menganggap kemanusiaan lebih dibya dari acuan idealitas kebangsaan dengan perjanjian-perjanjian wilayah negerinya. Dengan demikian, aku lebih suka mengatakan, kesadaran kemanusiaan merupakan realitas yang paling cantik dari gagasan sebuah bumi yang damai dihuni oleh bangsa-bangsa." [73]


Buku ini mengambil sudut pandang si aku, Mata Hari, yang sedang menceritakan kisah hidupnya pada Pere Arbaux dan Soeur, rahib dan biarawati yang ditugaskan menemani dan menyiram rohani Mata Hari selama ia berada di penjara Saint-Lazare, Perancis, menunggu vonis pengadilan militer. Pengadilan militer Perancis kemudian menyatakan Mata Hari bersalah atas pengkhianatannya kepada Perancis dan karena itu ia dijatuhi hukuman mati. Pada 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes, hutan di pinggiran kota Paris, Mata Hari dieksekusi pada usia 41 tahun.



Data buku
Judul : Namaku Mata Hari
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, Oktober 2010
Tebal : 560 hlm; 20 cm

3 komentar:

  1. menarik sekali resensinya... segar membacanya.

    salam kenal & follow kembali ya
    Revolusioner Galau

    BalasHapus
  2. alatnya aneh aneh heheh

    http://karimalamin.blogspot.com

    BalasHapus