13 Mei 2011

Zona Nyaman


Tidak hanya sekali dua saya dengar ada orang memberikan nasihat pada yang lain, "Keluarlah dari zona nyamanmu!" Biasanya si orang yang dinasehati adalah orang yang sedang stuck dalam dunianya. Selalu mengeluh pada keadaannya namun tidak juga menunjukkan tanda-tanda untuk berubah.


Zona nyaman memang mengasyikan, namun seringkali membuat kita tumpul. Saya sedang tidak ingin berbusa-busa soal kemungkinan pengkonstruksian zona nyaman agar orang-orang menjadi tumpul dan memberikan kesempatan pada yang lain untuk memanfaatkan ketumpulan pikir mereka. Tidak, saya tidak ingin ngomongin itu dulu. Saya mulai dari yang sederhana dulu saja.
Saya boleh dibilang baru keluar dari zona nyaman. Tidak mudah memang. Sebelumnya saya tinggal di Yogyakarta, kota yang sangat nyaman untuk ditinggali, dengan pekerjaan yang menyenangkan. Perubahan besar dalam hidup saya (juga saya keluar dari zona nyaman yang lain), membuat saya berpikir bahwa kehidupan nyaman yang saya rasakan tidak akan membawa saya pada kehidupan yang lebih baik, dalam versi saya.


Keluar dari zona nyaman berarti menerima tantangan baru. Itu yang sedang saya rasakan sekarang. Namun, hal ini justru membuat saya berpikir ulang, haruskah saya keluar dari zona nyaman jika justru membuat hidup saya tidak nyaman? Bukankah tujuan perjalanan manusia adalah, mungkin salah satunya, mencari kenyamanan?


Mungkin, zona nyaman itu seperti gelas-gelas yang berjejer menanjak dengan selang air yang menyambungkan gelas yang satu dengan yang lain, menjadi tali kehidupan. Ketika satu gelas air sudah penuh, adalah tugas si air untuk mencari jalan melalui selang menuju gelas baru yang masih kosong. Jika tidak, tumpahlah air dalam gelas. Sia-sia apa yang kita dapat.


Bagi air, melewati tanjakan bukanlah kemampuannya. Tapi bukan juga sesuatu yang tidak mungkin. Ada mesin pompa lho! Hehe... Mencari pompanya itu yang seringkali sulit. Pompa yang mampu mendorong kita untuk bergerak naik. Pompa yang bisa membawa air pada satu gelas lain, mengisinya hingga kembali penuh dan terus dan terus.


Bagi air, pompa belumlah jaminan mampu membawanya dengan selamat menuju gelas baru. Perlu dipertimbangkan apakah selangnya baik-baik saja atau ada bocor sedikit atau di sana sini. Ini yang seringkali membuat kita ragu untuk bergerak. Ketakutan-ketakutan apakah selangnya cukup aman untuk kita lewati. Belum lagi ketakutan apakah gelas yang baru akan lebih besar, lebih bersih atau justru lebih kecil dan penuh lumut? Nah, mau tidak mau saya jadi kepikiran bahwa mungkin ketakutan-ketakutan itu juga diciptakan agar sebagian orang tetap berada di gelas yang terbawah.


Keluar dari zona nyaman untuk mencari zona nyaman baru, bagi saya itu tujuan saya. Hanya satu yang masih mengganjal, sampai zona nyaman mana dan seperti apa saya akan berhenti dan benar-benar nyaman?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar