19 Maret 2011

BOMbastisnya Media!


Hebat sekali media di Indonesia! Belum selesai liputan tsunami Jepang, sekarang beralih ke isu bom yang santer meledak (dan diledakkan). Ya, memang, kasus bom tidak bisa dianggap enteng karena pertama, isu yang sengaja ingin ditampilkan peneror adalah agama. Niat sekali rupanya ingin menambah rentetan kasus kekerasan di Negara kita tercinta ini atas nama isu tersebut. Kedua, soal kemungkinan pengalihan isu, yang saya tidak mau bahas itu (terlalu berat dan malah menuduh yang tidak-tidak). Ketiga, yang juga jadi status saya di facebook, soal kesiapan aparat keamanan dalam menghadapi isu seperti ini. Saya bingung kenapa barang-barang yang dicurigai harus diledakkan dulu baru diidentifikasi, bukan sebaliknya. Tidak ada detektor?


Nah, lalu kenapa awal tulisan saya sepertinya lebih fokus ke medianya daripada bomnya? Itu karena saya memang ingin mencoba menyampaikan uneg-uneg saya soal media di Indonesia, terkait kasus bom yang sedang santer. Saya merasa media justru 'membantu' kerja para pengirim bom dengan mengupas tak habis-habisnya kasus ini. Mungkin tanpa disadari, media juga telah menyebarkan teror, bukan hanya dari pengulangan terus menerus kasus tersebut (yah biasalah... apalagi yang bisa dijual?), tapi juga dengan bumbu-bumbu tak penting atau penggunaan kata yang bisa menjerumuskan penonton* pada ketakutan berlebih. (*saya hanya fokus pada media televisi).


Bumbu tak penting itu saya lihat saat media mengupas kasus bom di kediaman Ahmad Dhani. Saya bukan pendukung Dhani, respect pun saya tidak. Tapi saya tidak mencoba mengajak orang lain untuk merasakan hal yang sama dengan saya karena ini masalah nilai. Ternyata, media yang katanya bebas nilai, justru secara tidak disadari telah melakukan hal yang tidak saya lakukan itu. Bukannya fokus pada kasus bom, saya lihat liputannya justru malah membahas kontroversi yang pernah dibuat Dhani, yang menurut saya sangat sensitif karena terkait isu agama. Orang yang tadinya tidak tahu atau mungkin sudah lupa, jadi tahu atau teringat kembali. Buat saya, itu namanya memperkeruh suasana.


Kemudian, pagi ini saat bangun tidur, saya langsung lihat tivi dan kaget bukan main karena sedang heboh diberitakan soal bom di Bandung dan Yogyakarta! Pakai liputan langsung dari TKP dan cukup ekslusif karena menggeser beberapa acara yang lainnya. Setelah saya ikuti, ternyata yang sedang menjadi pusat perhatian adalah kotak ponsel dan bungkusan yang 'diduga' berisi bom. Anak muda bilang: please deh! Beberapa kali si presenter lupa menambahi 'barang yang diduga', jadinya bom terus bom terus. Beruntung saya menyimak berita sampai tuntas. Tapi coba bayangkan orang yang mungkin karena kesibukan, hanya menonton separuh berita, apa media bisa jamin mereka tidak akan panik?


Bom jelas bisa menjadi teror. Tapi media seharusnya lebih bijak untuk tidak membom masyarakat dengan berita yang berlebihan dan tidak tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar