26 Februari 2009

Apa Jenis Kelamin Anda?


Pertanyaan status jenis kelamin kita biasa kita temukan saat mengisi hampir semua formulir yang harus kita isi. Tentu yang dimaksud ya berdasarkan alat kelamin alias organ reproduksi kita. Yang berpenis, bertestis ya berarti laki-laki, yang bervagina, berovarium, ya silakan menuliskan Perempuan atau melingkari huruf "P".
Sesederhana itukah? Bagi sebagian besar orang, iya. Tapi tidak bagi yang lainnya. Ada yang berpenis dan bertestis tapi merasa dirinya perempuan, demikian sebaliknya. Ujung-ujungnya, "ya sebutkan saja sesuai dengan alat kelamin yang dimiliki!" Eits, ternyata bagi sebagian yang lain hal ini juga masih menjadi sesuatu yang membingungkan ketika tidak disediakan pilihan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.

Kita mengenal istilah hermaphrodite. Walaupun sering kali istilah ini lebih banyak dibahas dalam pembahasan dunia fauna, hermaphrodite juga berlaku bagi manusia.

Secara sederhana, hermaphrodite berarti memiliki dua alat kelamin. Bisa jadi salah satunya tidak berkembang secara sempurna, atau mungkin keduanya. Baru sore tadi saya dapat informasi kalau istilah hermaphrodite terdiri dari 3 jenis, pertama Herma, yang digunakan untuk mereka yang memiliki testis dan ovarium. Kedua (istilah lain yang baru saya dengar), adalah Verma, yang digunakan untuk mereka yang memiliki ovarium dan organ reproduksi laki-laki selain testis. Ketiga (istilah yang juga baru saya dengar) adalah Merma, yang digunakan untuk mereka yang memiliki testis dan organ reproduksi perempuan selain ovarium. Yang menjadi pertimbangan adalah adanya testis dan ovarium, bukan penis atau vagina (saya sendiri masih mencari informasi yang akurat mengenai hal ini, karena sepengetahuan saya, istilah hermaphrodite sudah diganti dengan istilah Intersex yang selain bermakna lebih positif, juga melingkupi keunikan seksualitas manusia secara fisik, baik itu yang tampak dari organ reproduksi maupun keunikan kromosom. Bagi yang punya informasi lebih dalam, jangan sungkan berbagi hehe..)

Saya lalu berkata pada kawan saya, "Wah, kalau istilah itu besok diterima universal, berarti pilihannya: P/V/H/M/L, gak cuma P/L ya? Seru tuh!" (Atau mungkin P/I/L jika istilah Intersex dianggap cukup mewakili keberagaman lain seperti yang sudah saya sebutkan di atas) Kawan saya tersenyum geli. Ia lalu mengomentari pencantuman identitas Waria dalam pilihan jenis kelamin di KTP. Istilah Waria yang dianggap sebagai kelompok Transgender ini diakui sebagai sebuah identitas di Papua pada tahun 1998 dengan dicantumkannya "Waria" dalam kolom di KTP. Transgender bukanlah isu tentang jenis kelaminmu apa, tapi apa identitas gendermu. Gender tidak sama dengan Seks, walaupun kedua istilah itu sering dipertukarkan secara salah kaprah . Jika yang dimaksud di KTP dengan Jenis Kelamin adalah Seks, pengakuan identitas Waria jadi nggak nyambung donk? "Berarti di KTP ditambahin lagi: Identitas Gender, ada P/L/W.. dan.. transgender FtoM." Saya lalu berkomentar, "jadinya KTP kita penuh banget! Kalau kayak gitu mending di KTP nggak usah pake jenis kelamin aja kali ya.."

Tanpa menafikan bahwa perjuangan pengakuan identitas Waria di KTP adalah untuk menunjukkan pengakuan Negara terhadap eksistensi waria dan menunjukkan seksualitas itu tidak biner laki-laki dan perempuan, saya pribadi jadinya memang menganggap pencantuman jenis kelamin di KTP menjadi tidak penting karena begitu beragamnya seksualitas manusia, sementara KTP (dan otak di baliknya) tidak bisa mengakomodir keberagaman tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada pencantuman agama, di Indonesia jelas hanya dibatasi agama-agama tertentu. Agama lain? Silakan pilih yang mendekati, suka-suka deh, atau sebut saja aliran kepercayaan. Pokoknya pilih yang sudah-kami-cantumkan-di-formulir! Di negara lain yang lebih maju seperti apa sih KTP nya? Apa jenis kelamin dan agama juga masih dicantumkan?

"KTP? Di negaraku tidak ada kartu identitas seperti itu," kata kawan saya dari New Zealand, Emily, saat saya dan kawan-kawan dulu juga pernah mendiskusikan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar