28 April 2008

Teknik Pemberian Bantuan & Konseling: The Egan Model


Tujuan The EGAN Model ini adalah untuk menolong orang agar bisa  ”mengelola masalah yang mereka hadapi dalam hidup secara lebih efektif dan mencoba mengembangkan kesempatan-kesempatan yang sebelumnya tidak digunakan” dan  ”menolong orang agar lebih baik dalam menolong dirinya sendiri di kehidupan sehari-hari”. Dasar dari model ini adalah pemberdayaan klien untuk dirinya sendiri. Model ini memusatkan perhatian pada agenda klien, mencoba mengajak klien untuk ”melakukan sesuatu” yang bisa mengarahkan mereka pada tujuan yang mereka pilih dan bermanfaat.


Model ini akan lebih efektif jika konselor memberikan perhatian lebih pada kondisi-kondisi tertentu dimana konselor melakukan pendekatan kepada klien berdasarkan kejujuran (genuineness), penghargaan (respect), dan empati (emphaty). Cara mendengar aktif yang baik harus selalu diingat  selama proses. EGAN memberikan kunci dari cara mendengar aktif ini, yaitu SOLER

  • Squarely: Disarankan duduk dengan posisi 45 derajat antara klien dan konselor, jika klien nyaman.
  • Open posture: Jaga agar postur tubuh kita terbuka
  • Lean: Condong pada klien
  • Eye Contact: Jaga kontak mata dengan klien
  • Relaxe: Tetap tenang



Secara singkat, model EGAN dalam proses konseling ini terdiri dari tiga tahap, yaitu :
  1. Aku sekarang dimana/ Apa yang sedang terjadi? - Mengidentifikasi dan memperjelas situasi permasalahan dan kesempatan-kesempatan yang tidak digunakan.
  2. Kemana aku ingin berada/ Apa yang sebenarnya aku inginkan? -  Mengembangkan skenario yang diinginkan.
  3. Bagaimana aku bisa kesana/ Bagaimana aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan? - Menyusun strategi dan rencana



Tidak semua orang perlu melalui ketiga tahap ini secara berurutan, mungkin saja orang kembali pada tahap sebelumnya. Konselor dan klien akan bekerjasama dalam rangkaian tahapan ini, baik itu di semua tahap, beberapa tahap, maju ke tahap selanjutnya, atau mundur ke tahap sebelumnya.
* Tujuan SMART:
S = Specific, spesifik
M = Measurable, dapat diukur
A = Attainable, dapat dicapai
R = Realistic, realistis
T = Timely, memiliki tenggat waktu/ jadwal



1. TAHAP 1 – Apa yang sedang terjadi?
Tahap ini adalah saat dimana konselor memberikan tempat yang aman bagi klien untuk menceritakan masalahnya dari cara pandang mereka, untuk didengarkan dan untuk diakui. Ini adalah ruang dimana orang bisa mendengar dan memahami masalahnya sendiri. Perlahan-lahan, konselor membantu klien untuk melihat gambaran yang lebih luas dari perspektif yang berbeda mengenai masalah mereka dan untuk mencari titik start untuk melangkah maju dengan penuh harapan. Tahap 1 ini bisa saja hanya memakan waktu 5 menit atau mungkin justru sampai 5 tahun! Tergantung kebutuhan...


1.a  Menjelaskan permasalahan
Konselor mendorong klien untuk mau menceritakan masalahnya. Dengan menggunakan kemampuan mendengarkan aktif (serta menunjukkan kejujuran, penghargaan, dan empati), konselor membantu klien untuk menggali dan membuka masalahnya, serta melakukan refleksi. Bagi beberapa klien, ini semua sudah cukup, tapi bagi yang lain, proses ini hanyalah sebuah permulaan. Klien mungkin akan mengatakan, ”...seperti apa yang kamu simpulkan dari ceritaku, masalah yang campur aduk jadi terdengar masuk akal.”


Kemampuan yang dibutuhkan :
  • Mendengar aktif
  • Merefleksikan
  • Mempharafrasekan (merangkum dengan bahasa kita sendiri)
  • Menyamakan persepsi
  • Pertanyaan terbuka
  • Membuat kesimpulan

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Bagaimana perasaanmu (sekarang atau saat mendapat masalah)?
  • Apa yang kamu pikirkan (sekarang atau saat mendapat masalah)?
  • Apa lagi yang belum kamu ceritakan?
  • Keep them open!



1.b Menantang klien untuk memperluas cara pandangnya
Sejak klien mengalami suatu masalah, bisa menjadi hal yang sangat sulit bagi mereka untuk melihat masalahnya secara lebih jelas, atau dari sudut pandang yang berbeda. Dengan bantuan dari refleksi dan tantangan yang penuh empati yang diberikan konselor, klien melihat hal-hal yang tidak mereka sadari (blind spots) atau adanya perbedaan dari persepsi dan penilaian mengenai situasi, mengenai orang lain, atau mengenai dirinya sendiri, pengaruh perilaku mereka terhadap situasi, kekuatan mereka. Klien mungkin akan mengatakan, ”...saya tidak pernah berpikir bagaimana rasanya jika saya berada di posisi orang lain...”


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Memberikan tantangan à perbedaan cara pandang, pola dan hubungan, antara yang seharusnya dan yang sebaiknya, pikiran-pikiran negatif, blind spots (ketidakcocokan-ketidakcocokan, perubahan-perubahan,  kesadaran yang tidak menyeluruh, sesuatu yang dinyatakan secara tidak langsung, apa yang tidak dikatakan), perasaan memiliki, hal-hal pokok, kekuatan-kekuatan.

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Bagaimana orang lain melihatmu/ masalah itu?
  • Apakah ada sesuatu yang kamu lupakan?
  • Bagaimana orang lain berpikir/ merasakannya?
  • Apa yang akan orang lain katakan mengenai semua ini?
  • Adakah cara lain dalam melihat hal ini?
  • Menurutmu, masalah tentang apa sebenarnya semua ini?



1.c Memfokuskan masalah
Seringkali orang merasa stuck, itulah sebabnya mereka ingin menceritakan masalahnya. Di tahap ini, konselor mencoba memindahkan klien dari situasi stuck ke situasi harapan dengan membantu mereka untuk memilih sebuah area dimana mereka memiliki energi untuk melangkah maju, yang bisa membuat satu perubahan dan menguntungkan mereka. Klien mungkin akan mengatakan, ”... saya sekarang bisa melihat langkah awal untuk memulai adalah dengan...”


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Memfasilitasi dalam membuat fokus dan prioritas

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Dari semuanya ini, hal apa yang paling penting?
  • Hal terbaik apa yang bisa dilakukan sekarang?
  • Hal apa yang bisa membuat perubahan lebih besar?
  • Apakah itu bisa dikendalikan?



2. TAHAP 2 – Apa yang sebenarnya aku inginkan?
Banyak orang yang terkadang melakukan sesuatu atau mencari solusi untuk masalah mereka tanpa melakukan refleksi pada apa yang sebenarnya mereka inginkan, atau dengan cara apa masalah mereka memiliki celah untuk diselesaikan. Tahap 2 ini adalah tentang bagaimana menolong klien untuk membuka cara pandangnya lebih luas mengenai apa yang mereka inginkan dan bagaimana agar keadaannya bisa lebih baik. Tahap ini sangat penting untuk membangkitkan energi dan harapan.


2.a Membangkitkan kreativitas
Konselor membantu klien untuk mendapatkan ilham (brainstorming) skenario ideal versi klien : Jika kamu bangun besok pagi dengan segala sesuatu yang kamu inginkan, seperti dunia yang ideal buat kamu, ingin seperti apa itu?” Klien didorong untuk memperluas cara pandang mereka dan untuk imajinatif, tidak lagi berkaca secara praktis. Untuk beberapa orang, bisa jadi ini hal yang menakutkan, tapi untuk yang lain justru membuat bebas. Klien mungkin akan berpendapat, ”...awalnya, sangat sulit. Tapi setelah sejenak saya menerbangkan imajinasi dan kemudian menjadi bersemangat untuk mendapatkan...”


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Brainstorming (mendorong klien untuk mencari ide), memfasilitasi pikiran-pikiran imajinatif, melalui:
  • Lebih banyak ide yang dikeluarkan, jangan terlalu melihat kualitasnta, buat dengan suasana menyenangkan
  • Menuliskan semua ide, jangan menganalisi atau menghakimi
  • Terus mendesak, ”apa lagi?”
  • Jangan terburu-buru, luangkan waktu yang banyak

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Apa yang kamu inginkan sekarang?
  • Bagaimana itu bisa terjadi?
  • Apa yang akan kamu lakukan/ pikirkan/ rasakan (dalam suasana yang kamu inginkan)?
  • Hal apa yang ingin kamu miliki yang tidak kamu miliki sekarang?
  • Lalu akan seperti apa jika keadaannya lebih baik, seperti yang kamu inginkan?



2.b Mencocokan dengan kehidupan nyata
Dari ide-ide kreatif dan penuh visi, klien menyusun tujuan-tujuan (SMART) yang spesifik, dapat diukur, dapat diraih oleh mereka dalam kondisi mereka), realistis (dengan melihat kedaan yang sebenarnya), dan memiliki waktu atau jadwal tertentu kapan tujuan tersebut akan tercapai. Tujuan-tujuan yang memang disukai klien dan memungkinkan untuk diraih dapat membuat klien termotivasi. Klien mungkin akan berpendapat, ”... sangat senang rasanya jika sudah jelas bahwa saya ingin tidak ada kesalahpahaman dengan...”


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Memfasilitasi dalam memilih dan mencocokan tujuan dengan kehidupan nyata dengan tetap menghargai diri klien dan lingkungan

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Apa sebenarnya tujuanmu?
  • Bagaimana caranya kamu bisa tahu kalau kamu sudah mendapatkan tujuanmu?
  • Apa yang bisa kamu lakukan?
  • Mana yang lebih ingin kamu dapatkan?
  • Mana yang terbaik buatmu?
  • Mana yang realistis?
  • Kapan kamu ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan?



2.c Membuat komitmen
Tahap ini bertujuan untuk mengecek apakah tujuan yang dibuat itu nyata sebelum klien mulai melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah, dan untuk menolong klien dalam mengecek  komitmen mereka terhadap tujuan yang mereka buat dengan memperhitungkan untung dan ruginya bagi mereka, apakah tujuan tersebut berharga? Klien mungkin akan mengatakan, ”... sepertinya beresiko tapi aku harus memutuskan...”


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Memfasilitasi dalam menggali keuntungan dan kerugian, dan mengecek komitmen terhadap tujuan
  • Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Keuntungan apa yang akan kamu dapatkan jika kamu mendapatkan tujuanmu?
  • Apa yang akan berubah jika kamu selesai melakukan itu?
  • Kerugian apa yang mungkin kamu dapatkan jika kamu melakukan hal itu?



3. TAHAP 3 – Bagaimana aku bisa mendapatkan tujuanku?
Tahap ini adalah tentang strategi-stragei yang mungkin dilakukan dan aksi-aksi yang lebih spesifik, tentang melakukan sesuatu untuk dimulai,  jga dengan mempertimbangkan apa/ siapa yang mungkin bisa menolong atau menghalangi saat membuat perubahan.


3.a Menyusun macam-macam strategi
Konselor membantu klien untuk mencari ide macam-macam strategi untuk mendapatkan tujuan. Tetap dengan mendorong untuk berpikir secara lebih luas. Siapa, tempat bagaimana, ide seperti apa, organisasi apa yang bisa membantu? Tujuannya dalah untuk memberikan kebebasan kepada klien dalam mencari strategi-strategi yang baru dan berbeda, tidak terpaku pada pola pikir yang kuno. ”Tetap ada kemungkinan-kemungkinan yang bagus dari ide-ide yang tampaknya gila.”


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Memfasilitasi dalam mencari ide

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Ada berapa banyak cara yang berbeda yang bisa kamu lakukan?
  • Apa/ siapa yang bisa menolong?
  • Apa yang sudah dilakukan sebelumnya?
  • Apa yang sudah dilakukan orang lain?
  • Bagaimana dengan ide yang sedikit liar?



3.b Memfokuskan pada strategi yang tepat
Dari apa yang sudah dilakukan di tahap sebelumnya, konselor membantu klien untuk mencari strategi yang realistis dalam kondisinya sekarang dan cocok dengan nilai-nilai yang dimiliki klien. Forcefield analysis dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor internal dan eksternal apa yang mungkin bisa membantu atau menghalangi aksi klien dan bagaimana hal-hal yang membantu dapat dikuatkan dan hal-hal yang menghalangi dapat diminimalisir.


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Memfasilitasi dalam memilih dan mencocokan tujuan dengan kehidupan nyata

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Yang mana dari semua strategi ini yang lebih menarik?
  • Yang mana yang paling mungkin bisa kamu lakukan?
  • Yang mana yang kamu memiliki modal untuk melakukannya dan kamu bisa mengontrolnya?



3.c  Membuat rencana aksi
Tujuannya dalah untuk membantu klien merencanakan langkah selanjutnya. Strategi yang sudah dipilih dipecah menjadi aksi-aksi yang lebih kecil. Klien melakukan hampir semua tugasnya di tahap ini, yaitu membuat rencana aksi mereka. Konselor bekerja dengan klien untuk mengubah tujuan yang sudah bagus menjadi rencana-rencana yang lebih spesifik dengan jadwal tertentu. Meskipun konselor memberikan dorongan, sangat penting untuk tidak mendorong klien untuk mengatakan bahwa mereka akan melakukan sesuatu untuk menyenangkan konselor


Kemampuan yang dibutuhkan:
  • Memfasilitasi dalam merencanakan aksi

Pertanyaan-pertanyaan yang berguna:
  • Apa yang pertama kali akan kamu lakukan? Kapan?
  • Apa yang selanjutnya akan kamu lakukan? Kapan?

Jika rencana aksi sudah dibuat, pengalaman klien dalam menjalankan rencananya dapat menjadi titik awal konselor untuk membuat sesi follow-up, yaitu mengawal aksi klien. Dapat atau tidak dapat rencana klien dilakukan, tugas konselor akan mulai dari tahap 1 lagi, mendengarkan cerita klien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar