"Wah muka kamu kok bersihan? Perawatan?"
Itu kata teman saya, semalam, saat kami sudah sekitar 10 bulanan tidak bertemu. Ini bukan kali pertama saya dapat komentar yang sama dari teman lain. Tentu saya senang karena teman saya bilang saya sekarang lebih bersih. Tapi tersinggung juga kalau disangka perawatan. Tersinggung karena boro-boro buat rawat muka, ngurusin perut aja masih morat-marit.
Saya jawab saja, sedikit asal tapi masih masuk akal:
"Mungkin karena olah raga, jadi peredaran darahnya bagus."
Saya olah raga? Nah, itu baru berita. Setelah lulus sekolah, saya hampir tidak pernah olah raga kecuali jalan kaki ke kampus, nyuci pakaian setumpuk, dorong motor yang kehabisan bensin di tengah jalan atau melemas-lemaskan otot saat bangun tidur. Saat sekolah saja, saya olah raga cuma sekali seminggu pas ada pelajarannya, dan saya lebih senang kalau gurunya tidak masuk, membebaskan murid untuk beraktivitas fisik, yang artinya saya akan memilih nongkrong di kantin.
Lalu, olah raga yang saya lakukan sekarang apa? Saat saya pindah ke Jogja, saya memutuskan untuk beli sepeda. Tanpa motor. Jujur dari hati yang paling dalam (dan tidak banyak yang percaya), saya sedang mencoba untuk lebih 'hijau', nggak nambah-nambahin asap di jalan. Dan mengandalkan transportasi umum yang nyaman di Jogja itu sama seperti mengandalkan Donald Bebek untuk jadi konselor saya. Alasan lainnya, tentu saja soal dana. Hahaha.. terdengar lebih realistis.
Well, soal bersepeda, saya mau berbagi keuntungan yang saya dapat dengan bersepeda, berdasarkan pengalaman saya menjadi pesepeda selama kurang lebih dua bulan ini. Mungkin bisa menjadi inspirasi bagi anda yang juga ingin bersepeda =)
Pertama ya itu tadi, lebih sehat. Peredaran darah lancar dan efeknya ke muka lebih cling cling hehe... Tapi bener lho, badan saya juga terasa lebih segar, jarang pegal-pegal kayak dulu (kiranya diperlukan penelitian lanjutan untuk membuktikan apakah karena saya bersepeda saja, atau karena stress saya berkurang, tapi perlu dicatat kalau pola makan saya masih sama, pembersih muka saya juga masih sama dan saya masih hobi begadang dan merokok). Cuma, baca-baca di beberapa sumber, bersepeda memang baik buat kesehatan tapi harus diimbangi dengan olah raga lain karena bersepeda hanya fokus pada tubuh bagian pinggang ke bawah. Okelah, saya angkat barbel besok-besok. Catatan saja, kalau memang anda sangat peduli dengan kesehatan: pemakaian masker bisa jadi penting kalau anda tidak ingin paru-paru anda terkotori asap kendaraan lain saat bersepeda!
Kedua, bikin udara lebih hijau. Polusi yang muncul dari sepeda paling parah ya bau keringat yang terlalu menyengat, itupun kalau kita jorok hehe... Ya silakanlah dibandingkan antara sepeda, motor, mobil dan truk reyot, mana yang lebih sering berasap dan bikin udara pengap. Point ini mungkin sangat cocok bagi anda yang merasa peduli soal lingkungan.
Ketiga, lebih irit. Tidak harus beli bensin, pertamax atau solar. Dan yang paling penting, lebih banyak yang ngasih parkir gratis untuk sepeda hehehe... Tapi pastikan kalau sepeda kita terkunci dengan aman. Perawatan sepeda juga tidak mahal, tidak perlu ganti oli rutin (kecuali ngoliin rantai) dan nggak ada istilah turun mesin. Plus, tidak perlu takut kena cegatan polisi atau tiba-tiba ada operasi SIM, STNK dan sebagainya yang mengharuskan anda mengocek uang. Oya, catatan, bisa jadi sepeda menjadi tidak lebih irit kalau anda memutuskan untuk membeli sepeda yang harganya 40 juta ke atas. Pas, point ini cocok bagi para ekonomis hehe..
Keempat, lebih hafal nama jalan dan lingkungan sekitar. Kecepatan sepeda paling banter berapa sih. Itu memungkinkan kita untuk lebih bisa tengok kanan kiri. Ya asal tidak terlalu lama dan terlalu sering kalau tidak mau celaka. Saat saya dulu naik motor, seringnya saya tidak punya kesempatan untuk bisa melihat lebih rinci jalan yang saya lalui. Yang penting: cepet sampe.
Kelima, lebih fleksibel. Untuk yang satu ini, perlu dispesifikan, yaitu fleksibel dengan aturan jalan dan urusan parkir kendaraan, karena jelas sekali kalau bagi pesepeda amatir seperti saya, menjadi sangat tidak fleksibel untuk menempuh jalur lebih dari 20 km! Yang saya maksud fleksibel dengan aturan jalan adalah bisa nyelip-nyelip saat macet, bisa ngelawan jalan satu jalur/ one way (tidak direkomendasikan, tapi banyak dilakukan, asal aman hehe..), tetap melaju walau lampu masih merah tanpa takut disemprit pak polisi (juga tidak direkomendasikan, tapi juga banyak dilakukan. Pastikan anda tahu benar situasi lalu lintasnya. Saya juga ikut berhenti di lampu merah yang saya tahu sangat ramai, tapi bisa meluncur tanpa beban di perempatan yang sepi) atau seperti yang saya lakukan tadi sore: naik ke trotoar yang tidak ada orangnya karena jalur untuk motor tergenangi air (beruntungnya di Indonesia, trotoarnya multi fungsi). Bentuk sepeda yang ramping juga membuat urusan parkir tidak ribet. Ada celah sedikit yang kira-kira muat untuk sepeda tapi tertutup kendaraan lain, gampang: angkat saja sepedanya, taruh di tempat tersebut.
Yang terakhir, saya tidak tahu apakah fenomena ini terjadi di Jogja saja atau di kota lain juga. Para pesepeda di kota ini, kebanyakan ramah dengan pesepeda lainnya. Keramahannya ditunjukkan dengan tersenyum dan menganggukkan kepala saat berpapasan atau bahkan beberapa kali saya disapa pesepeda lain yang mendahului saya, sama seperti kebiasaan jaman dulu kalau kita sedang berjalan dan harus mendahului orang lain. Ah tentramnya... Para pesepeda memang banyak yang bergabung di komunitas-komunitas sepeda, itu akan menambah nilai plus bersepeda, lebih sehat secara sosial.
Masuk ke gang-gang kecil juga tidak masalah, orang-orang tidak terganggu. Saya cukup bilang, "Permisi, Bu, Pak!" dan orang-orang akan menjawab, 'Nggiiiiih...". Memang saat bermotor juga kebiasaan ini dilakukan, tapi saat bersepeda saya merasa lebih yakin kalau saya tidak menganggu dengan suara mesin atau asap knalpot kendaraan saya.
Ada yang mau menambahkan?
Oya, saat bersepeda juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama masalah keamanan. Bukan hanya kita sendiri yang memakai jalan, dan kebanyakan, 'saingan' pesepeda itu lebih besar dan cepat. Di Jogja, hampir di semua perempatan sudah ada ruang sepeda, maksudnya untuk pesepeda berhenti saat lampu merah. Tapi lebih seringnya para pesepeda berhenti di depan ruang tersebut agar lebih cepat mengayuhkan pedalnya saat lampu menyala hijau (karena harus bersaing dengan pengendara motor yang begitu lihat lampu hijau seperti banteng lihat kain merah). Di sepanjang jalan juga, beberapa ada jalur sepedanya. Tapi saya jarang pakai karena justru bagian jalan itu yang laing jelek, begajulan, dan banyak lubang-lubang serapan. Kebanyakan pemakai jalan lain, maklum dengan hal-hal ini dan menghargai pesepeda. Tapi ya ada juga motor dan mobil yang dengan entengnya berhenti di ruang sepeda.
Helm bisa jadi hal yang penting untuk mengindari cedera di kepala, kalau-kalau kita, semoga tidak, terjatuh karena tersenggol kendaraan lain atau kelalaian kita sendiri.
Lalu, berikan kode, biasanya dengan lambaian tangan, jika kita meminta kesempatan untuk menyeberang atau akan berbelok dan kita tahu kalau di belakang kita cukup banyak kendaraan lain. Selain 'saingan' yang lebih besar, ada juga pengguna jalan yang lain yang harus kita utamakan, yaitu pejalan kaki. Berhentilah kalau ada dari mereka yang akan menyeberang.
So... Ayo bersepeda!
mari mari, saia sudah menjadwalkan untuk membeli sepeda, menjadwalkan menabung maksutnya, hihihi..semangat galink.
BalasHapusayooo.. tar sepedaan bareng! #mikir #satu ke utara satu ke selatan
Hapusah, ngaku aja kalo sering perawatan. :P
BalasHapussekali-kali ngayuh pake tangan biar seimbang. hehe
bukannya ada kode-jodenya ya? selain lambaian tangan?
haduh.. yang ngerawat gw pake konfirmasi di sini lagi -..-"
Hapuskode-kodenya apa, mat? amatiran nih gw hehe... kalo insting gw ya pake tangan itu sambil nengokin muka sebentar (kalo kelamaan tar nabrak lagi), mau pake kaki, repot juga karena kaki gw cuma dua, mau pake semaphore malah heboh, pake joget-joget juga tar malah dilemparin koin hehe..
Bersepeda memang menyehatkan, tp lbh sehat lg klo makanannya jga menyehatkan
BalasHapusSepakat!
HapusSayangnya di banyak kota belum memberikan sarana yang memadai buat pesepeda..
BalasHapusJuga sepakat :-)
Hapussetuju banget sama yang no. 4
BalasHapusaku tiap sore pake speda butut, muter-muter kota, hasilnya, 90% gw tau jalan tembus-tembus yang lumayan juga kalo nanti ada razia polisi, bisa lolos... :p
Hahaha canggih!
Hapus