Ada satu pemandangan baru di kantor saya hari ini. Saya melihat
satu kotak di lobby kantor saya. Kotak besar transparan dengan tulisan ‘Sumbangan untuk Muslim Rohingya’. Sudah ada
satu lembar seratus ribu dan dua lembar lima puluh ribuan. Karyawan front office dengan tersenyum berkata, “Silakan,
Mas, kalau mau bantu!” Saya melewatinya sambil tersenyum. Beberapa langkah
kemudian saya menggeleng-gelengkan kepala.
Ya. Silakan saja kata-katai saya tidak manusiawi, pelit,
tidak punya perasaan, sok-sokan atau apapun karena bukannya buka dompet-ambil
uang-masukkan ke kotak, saya malah geleng-geleng kepala dan memutuskan untuk
menulis blog ini....
31 Juli 2012
22 Juli 2012
Sok Tahu Saya Soal Membesarkan Anak

Kemarin malam saya nonton Batman the Dark Knight Rises di salah satu mall yang menurut saya paling wah di Jakarta. Alasannya bukan buat gaya-gayaan, apalagi nyambi shopping di sana. Kawan saya merekomendasikan tempat nongkrong yang asyik di lantai 3, café di sebuah toko buku terkenal dengan pemandangan langsung ke Bundaran HI. Saya yang sedang belajar motret, tertarik juga buat menjajal kamera saya (bukan kemampuan saya hehe…). Dan karena saya dan kawan saya itu adalah partner buat ke bioskop, jadilah agenda menonton masuk dalam list weekend kami.
Tak...
20 Juli 2012
Salah Kaprah Soal Anarkisme

Baru kemarin saya pulang dari pertemuan tiga hari di sebuah hotel di Jakarta. Entah karena menjelang Ramadhan atau alasan lain, di lobby hotel ada pemandangan yang tidak biasa (saya beberapa kali ikut acara yang diadakan di hotel yang sama). Banyak buku-buku yang disusun rapih, plus kasir. Ya, ada booth penerbit buku. Kebetulan, buku-buku karya Dee juga dijual di sana, termasuk Supernova, yang setelah ganti cover, saya jadi berniat mengoleksinya (sebelumnya saya hanya mengandalkan rental buku dekat kost-kostan, jaman masih mahasiswa).
Sekarang...
18 Juli 2012
Kita Pernah Jatuh: Murni Curhat
Tahun ini saya punya rencana untuk melanjutkan studi. Tentu saja dengan mengharapkan beasiswa. Bayar kuliah sendiri terlalu mahal, apalagi saya ingin sekali melanjutkan kuliah tidak di dalam negeri. Persiapan sudah saya lakukan dari tahun kemarin, mulai dari cari-cari universitas yang punya pogram yang saya incar, tes bahasa inggris yang menjadi syarat untuk melamar ke universitas dan mengontak ini itu untuk mau memberikan referensi untuk saya. Hasil tes IELTS saya lumayan, tidak wow tapi cukup sebagai syarat. Itupun setelah ikut kursus intensifnya selama seminggu. Dekan saya di S1 dan dosen saya di summer school juga bersedia memberikan referensi....
12 Juli 2012
Pada Akhirnya, Kita Ini Makhluk Egois
Awal bulan ini saya mengumumkan kepada teman satu tim saya kalau saya tidak akan memperpanjang kontrak kerja. Artinya, di akhir bulan saya resmi cabut dari pekerjaan saya sekarang. Ada sekian alasan kenapa saya melakukan hal tersebut, termasuk ingin segera hengkang dari hiruk pikuk ibu kota. Teman-teman satu kantor, dan juga atasan saya tentu saja, menanyakan apakah saya sudah diterima bekerja di tempat lain sehingga memutuskan tidak memperpanjang kontrak. Saya bilang jujur: tidak. Jadilah beberapa dari mereka mendesak saya untuk memperpanjang kontrak lagi ya minimal tiga atau enam bulan. Tidak tahu mungkin kalau kepala saya ini agak mirip batu.
Ada...
10 Juli 2012
Mengintip Masa Lalu Lewat Djam Malam
“Orang yang tidak bisa melupakan kelampauan, maka akan hancur orang itu”
Kalimat yang diucapkan Gafar, salah satu tokoh dalam film Lewat Djam Malam, muncul di penggalan menuju akhir film, saat sang tokoh utama, Iskandar, datang ke rumahnya setelah membunuh Gunawan. Di mata Gafar, apa yang dilakukan Iskandar adalah karena Iskandar selalu dibayang-bayangi masa lalu, masa revolusi, saat Iskandar yang masih menjadi pejuang diperintahkan oleh Gunawan, atasannya, untuk membunuh satu keluarga yang dituduh sebagai pengkhianat revolusi, meskipun tak ada bukti.
Alur filmnya lambat. Dengan durasi 106 menit, cerita berputar hanya dalam dua hari kehidupan...
8 Juli 2012
Akar
Meskipun saya adalah salah satu pengikut Supernovanya Dee, tulisan saya ini tidak ada hubungannya dengan buku Dee walaupun judulnya sama dengan Supernova bagian duanya. Beberapa hari lalu, teman sekantor saya tiba-tiba bertanya,
“Akarmu dimana, Ling?”
Saya butuh mengerutkan kening member sinyal saya tak paham maksud pertanyaannya.
“Ya, tempat atau kota yang kamu pikir di sana kamu akan menghabiskan sisa hidup.”
Kali ini saya tak perlu berpikir lama untuk menjawab.
Agak kebetulan karena beberapa hari sebelumnya, di pesawat yang membawa saya kembali ke Jakarta, saya buka-buka majalah terbitan sang maskapai. Satu artikel, saya lupa namanya,...
Langganan:
Postingan (Atom)