Beberapa teman saya belum menikah, banyak diantaranya yang berusia di atas saya. Sebagian memang seperti tidak berminat dengan pernikahan, bahkan mungkin juga tidak dengan berpasangan. Tapi sebagian yang lain tampak sekali mendambakan pernikahan, cuma saja 'belum ketemu yang cocok' atau 'belum diberi jodoh'.
Untuk alasan pertama, yang 'belum ketemu yang cocok', di telinga saya terdengar lebih baik daripada yang alasan kedua. Mungkin karena saya berprasangka kalau alasan kedua itu sebetulnya sebelas dua belas dengan yang pertama, cuma dibungkus 'diberi' yang lebih terkesan ada kaitannya dengan yang namanya nasib, dengan takdir, dengan Sang Pengatur...
25 Oktober 2011
9 Oktober 2011
Ideal dan Realita: Saya
Bagi saya, mengunjungi Jogja adalah berarti pulang. Saya tidak punya keluarga di sana, jika yang dimaksud dengan keluarga adalah orang tua atau kakak adik kandung atau orang-orang yang berhubungan darah. Tidak pula ada rumah di sana, jika yang dipahami rumah sebagai sebuah bangunan berpintu dan berdaun jendela. Keterikatan saya dengan Kota Gudeg itu tidak sebatas hanya karena saya pernah kuliah di salah satu universitasnya. Lebih dari itu, sebagian proses penting dalam hidup saya dimulai di antara keramaian Malioboro dan heningnya Kaliurang di malam hari.
Bagaimana saya memandang konsep keluarga dan rumah yang berbeda hanya satu dari sekian...
Langganan:
Postingan (Atom)